
MUKADDIMAH
Peradaban manusia saat ini dicirikan layaknya semacam kemajuan, one step ahead di lini sosbud-ekopol (sosial, budaya, ekonomi, politik). Oleh manusia sendiri peradaban telah dikavlingkan dan dijadikan layaknya cluster atau perumahan, Dusun-Desa-Kota. Dan, sekiranya dari sinilah timbul supremasi peradaban, dimana tidak semua peradaban diakui oleh manusia modern, mereka telah menelantarkan beberapa peradaban yang mungkin dianggap “kuno”. Memangnya apa perbandingan tentang unggul atau tidaknya suatu peradaban? Tiap-tiap peradaban memiliki value, nilai tersendiri, kita bisa melacaknya melalui hubungan-hubungan kemanusiaannya atau hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Lalu bagaimana dengan peradaban manusia saat ini? Dan apa yang menjadi problem dasar dari peradaban hari ini?
Perihal peradaban sendiri memang seringkali kita jumpai, di Sekolah Dasar, SMP dan lain sebagainya, beberapa diantara kita mungkin belajar tentang teori evolusi, teori yang menjelaskan bahwa peradaban manusia modern saat ini berasal dari manusia purba. Manusia purba yang dikenal dengan pola hidupnya yang nomaden, dalam artian nomaden adalah berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Dan pada waktu itu manusia mencoba mencari problem solving untuk menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi oleh manusia nomaden. Dalam bertahan hidup mereka men-siasati bagaimana alternatif agar tak sukar untuk mencari makanan atau obat-obatan (tumbuhan yang berkhasiat/bisa menyembuhkan), lalu mereka mulai membangun sebuah gubug atau rumah serta menanam, bertani.
Manusia terus-menerus mengasah potensi-potensi yang dimilikinya, sehingga timbullah sebuah peradaban. Maka tidak terlalu salah ketika kita mengatakan bahwasannya peradaban merupakan buah yang dipetik dari pohon pengetahuan manusia. Sebagai buah dari pohon pengetahuan, banyak dari manusia secara lazimnya mengulik kembali tentang asal-usulnya sebagai manusia purba. Mereka mempelajari masa lalu untuk dijadikanya bekal dalam menghadapi masa depan, karena itu apa-apa yang bisa diterka, diharapkan, dan direncanakan di masa depan oleh manusia sekarang diusahakan untuk dicari contoh kejadian yang semisalnya di masa lalu, yang semuanya digunakan sebagai rambu-rambu. Namun, tidak sedikit juga orang-orang yang mempelajari masa lalu hanya menjadikan mereka sombong dengan apa-apa yang sudah dicapai oleh moyangnya. Orang-orang yang gampang berpuas diri seperti ini yang biasanya gampang juga terjebak dalam rasisme.
Masa lalu dan masa depan, barangkali juga kita sendiri, di dalam diri kita sendiri pun tak luput dari masa lalu dan masa depan. Pada tiap-tiap diri kita sendiri juga memiliki suatu peradaban, seperti peradaban individual dan komunal. Ruang lingkup manusia memang tidak hanya di sektor antrophosentris melainkan juga kosmosentris. Kita sering memacu diri kita untuk concern terhadap peradaban komunal dan hal itu membuat kita terkecoh dalam memahami peradaban individual. Sehingga timbul-lah sesuatu yang sangat riskan yaitu kita tidak total dalam menyisir peradaban komunal dan kosong-blonthong terhadap peradaban individual. Apakah kita pantas untuk melegitimasi diri sendiri sebagai manusia yang beradab? Perihal adil saja kita sering timpang-tindih dalam mengadopsinya. seharusnya kita mempersiapkan diri untuk menampung curahan-curahan dari berbagai peradaban yang telah kita ketahui, sekiranya kita juga sesegera mungkin untuk menggapai hudan lil muttaqin.