Mukadimah

Beberapa di antara kita mungkin sudah tidak asing lagi dengan istilah “Katak dalam Tempurung”, istilah yang selalu diberikan kepada orang-orang yang picik untuk menggambarkan kondisinya yg hanya mengetahui sedikit dari banyak sehingga merasa apa yang diketahuinya adalah  keseluruhan dari apa yang dia ketahui dan menjadi keyakinan yang nantinya akan dipertahankan, mungkin sampai titik darah penghabisan.

Untuk niatan iseng dengan tanpa mengaburkan makna atau mencoba menjadi anak kecil yang selalu penasaran akan segala hal. Kita bisa mencoba mempertanyakan “Mengapa katak yang menjadi contoh dalam istilahnya, mengapa bukan hewan lainnya? “Jika melihat dari sipat kepicikannya, apakah katak termasuk hewan yang picik? “Ataukah karena katak adalah hewan amphibi yang bisa berdiam diri di dua alam sehingga ketika katak hanya berdiam di satu tempat dianggap sebagai suatu kepicikan? “Mengapa tempurung, secara tempurung bukan habitat dari seekor katak.? “Apakah karena tempurung merupakan tempat kecil dan sempit sehingga bisa dijadikan perumpamaan untuk sipat kepicikan, yang mana sipat picik berasal dari pengetahuannya yang sempit dan sedikit?

Menjawab pertanyaan-pertanyaan dari anak kecil di atas, kita bisa kembali ke diri kita sebenarnya yaitu menjadi orang dewasa. Dengan memberi jawaban “nanti jawabnya, lagi sibuk” atau “ngak tau, buat apa nanya kaya gitu, mending jajan, ini uangnya” atau bisa menggunakan jawaban yang diplomatis “ oh gitu ya, menurut kamu kenapa, coba kita cari tau di buku atau hp”. Mungkin jawaban terakhir sedikit meredakan satu tema pertanyaan dari rasa penasaran anak kecil, terlepas dari terjawab dan tidaknya pertanyaanya atau puas dan tidak puas akan jawabannya. 

Jika kita sedikit memperhatikan pertanyaan-pertanyaan dari anak kecil, yang katanya dalam sehari bisa mempertanyakan sampai 400 pertanyaan, banyak dari pertanyaan-pertanyaan anak kecil  menghadirkan rasa menggelitik dan perasaan yang membuat kita ingin berkata “ oh iya ya, kok bisa gitu, kok baru kepikiran”. Bila diperluas lagi pertanyaan dari anak kecil seperti siapa yang memberi label katak dalam tempurung, karena tidak mungkin katak yang dalam tempurung memberi label kepada dirinya sendiri, karena dirnya sendiri tidak sadar akan tempurung yang menjadi tempat berdiam dirinya, sehingga pelabelan kepada dirinya hanya bisa dilakukan oleh katak yang tidak berada diluar tempurung dan tau akan keberadaan katak lain yang berada didalam tempurung.

Apabila ditarik kesimpulan, kesadaran si katak yang menjadi penentunya. Sedikit mengambil hype dalam dunia perfilm-an superhero yaitu tentang multiverse. Dalam kasus katak dalam tempurung, apa yang akan terjadi kepada katak yang diberi label dan katak yang memberi label setelah kesadarannya, bisa dipastikan akan bermunculannya fenomena baru yang berbeda sehingga nantinya akan berbeda juga pemaknaan akan fenomenanya. Contohnya, “Bagaimana jika katak yang didalam tempurung sadar bahwa dirinya ada dalam tempurung, apa yang akan dia lakukan, keluar dari dalam tempurung atau tetap didalamnya”. Beberapa pertanyaan “bagaimana jika” bisa kita diskusikan di riungan kita nanti…

Beberapa di antara kita mungkin sudah tidak asing lagi dengan istilah “Katak dalam Tempurung”, istilah yang selalu diberikan kepada orang-orang yang picik untuk menggambarkan kondisinya yg hanya mengetahui sedikit dari banyak sehingga merasa apa yang diketahuinya adalah  keseluruhan dari apa yang dia ketahui dan menjadi keyakinan yang nantinya akan dipertahankan, mungkin sampai titik darah penghabisan.

Untuk niatan iseng dengan tanpa mengaburkan makna atau mencoba menjadi anak kecil yang selalu penasaran akan segala hal. Kita bisa mencoba mempertanyakan “Mengapa katak yang menjadi contoh dalam istilahnya, mengapa bukan hewan lainnya? “Jika melihat dari sipat kepicikannya, apakah katak termasuk hewan yang picik? “Ataukah karena katak adalah hewan amphibi yang bisa berdiam diri di dua alam sehingga ketika katak hanya berdiam di satu tempat dianggap sebagai suatu kepicikan? “Mengapa tempurung, secara tempurung bukan habitat dari seekor katak.? “Apakah karena tempurung merupakan tempat kecil dan sempit sehingga bisa dijadikan perumpamaan untuk sipat kepicikan, yang mana sipat picik berasal dari pengetahuannya yang sempit dan sedikit?

Menjawab pertanyaan-pertanyaan dari anak kecil di atas, kita bisa kembali ke diri kita sebenarnya yaitu menjadi orang dewasa. Dengan memberi jawaban “nanti jawabnya, lagi sibuk” atau “ngak tau, buat apa nanya kaya gitu, mending jajan, ini uangnya” atau bisa menggunakan jawaban yang diplomatis “ oh gitu ya, menurut kamu kenapa, coba kita cari tau di buku atau hp”. Mungkin jawaban terakhir sedikit meredakan satu tema pertanyaan dari rasa penasaran anak kecil, terlepas dari terjawab dan tidaknya pertanyaanya atau puas dan tidak puas akan jawabannya. 

Jika kita sedikit memperhatikan pertanyaan-pertanyaan dari anak kecil, yang katanya dalam sehari bisa mempertanyakan sampai 400 pertanyaan, banyak dari pertanyaan-pertanyaan anak kecil  menghadirkan rasa menggelitik dan perasaan yang membuat kita ingin berkata “ oh iya ya, kok bisa gitu, kok baru kepikiran”. Bila diperluas lagi pertanyaan dari anak kecil seperti siapa yang memberi label katak dalam tempurung, karena tidak mungkin katak yang dalam tempurung memberi label kepada dirinya sendiri, karena dirnya sendiri tidak sadar akan tempurung yang menjadi tempat berdiam dirinya, sehingga pelabelan kepada dirinya hanya bisa dilakukan oleh katak yang tidak berada diluar tempurung dan tau akan keberadaan katak lain yang berada didalam tempurung.

Apabila ditarik kesimpulan, kesadaran si katak yang menjadi penentunya. Sedikit mengambil hype dalam dunia perfilm-an superhero yaitu tentang multiverse. Dalam kasus katak dalam tempurung, apa yang akan terjadi kepada katak yang diberi label dan katak yang memberi label setelah kesadarannya, bisa dipastikan akan bermunculannya fenomena baru yang berbeda sehingga nantinya akan berbeda juga pemaknaan akan fenomenanya. Contohnya, “Bagaimana jika katak yang didalam tempurung sadar bahwa dirinya ada dalam tempurung, apa yang akan dia lakukan, keluar dari dalam tempurung atau tetap didalamnya”. Beberapa pertanyaan “bagaimana jika” bisa kita diskusikan di riungan kita nanti…