Mukadimah

Sebagai suatu patahan ruang peradaban, modernitas tentu mengalami pasang surut.  Modernitas sebagai simbol kemajuan yang awalnya mempromosikan peranti metodologi berpikir rasionalis dan empiris, tak ayal mengharu-biru dan mengubur cara pandang masyarakat kuno primitive yang dominan mistik dan metafisik. Namun sebagai suatu peradaban, modernitas juga tidak bisa lepas dari ritual dan kultus terhadap peranti-peranti metodologis tersebut. Sebut saja hadirnya mitos indeks pertumbuhan ekonomi dalam ranah ekonomi dan lahirnya partai dalam politik. Semua itu tak jauh beda dengan mitos-mitos dan berhala-berhala Yunani klasik yang mendendangkan kekekalan para dewa-dewi.

Masyarakat modern yang dianggap mencapai taraf kemajuan tertentu pada kenyataannya tidak melulu menjunjung tinggi rasionalitas dan empirisme. Parameter berfikir rasional adalah mengacu pada perhitungan fungsional, bukan pada etis dan estetis. Misalkan: Penggunaan dasi pada masyarakat elit modern. Lantas apa fungsi dasi, jelas tidak ada selain sekedar memperindah penampilan. Maka, penggunaan dasi bukan bertumpu pada pertimbangan fungsional, melainkan pertimbangan estetis. Meletakan pertimbangan estetis ini tentu jauh dari pertimbangan rasional. 

Contoh sebaliknya bisa dilihat pada rumah pohon pada masyarakat pedalaman primitif. Apa fungsi rumah pohon bagi mereka?, tentu saja fungsi rumah pohon buat mereka adalah agar terhindar dari ancaman binatang buas. Maka, rumah pohon bagi Masyarakat primitif lebih rasional dari pada penggunaan dasi bagi masyarakat modern. 

Mitos-mitos akan dianggap sebagai standar kehidupan manusia hanya karena lahir dari budaya Eropa. Dari mulai demokrasi, pasar, indeks pertumbuhan ekonomi, hingga gaya hidup yang hedonistik. Bahkan, dalam mengukur negara berkembang sebagai negara miskin dan dunia ketiga, merupakan hasil mitos-mitos yang lahir dari sana. Padahal di sisi lain tidak ada standar yang disepakati apa dan bagaimana negara tersebut dianggap dunia ketiga atau berkembang. Penggunaan indeks pembangunan ekonomi sebagai standar negara maju tidak lain karena memang itu lah resep yang diberikan oleh ormas-ormas internasional, seperti WTO, WB, IMF, dll kepada negara-negara yang mereka anggap dunia ketiga.