Mukadimah
Seluruh Manusia pada dasar nya di beri stempel “Abdullah” serta khalifah fil ard, sehingga dituntut untuk mampu melaksanakan dua tanggung jawab itu dengan sebaik-baiknya. Namun kita melihat sepanjang sejarah kehidupan manusia yang harusnya dipenuhi dengan hal-hal untuk melaksanakan tanggungjawabnya, lebih banyak nya manusia tidak hadir atau alfa akan hal pemenuhan tanggungjawab tersebut. Tidak terhitung kiranya dari sejarah, manusia yang konon di beri dan di sebut sebagai Abdullah serta khalifatullah malah acap kali berbuat hal-hal yang merusak nilai-nila kemanusiaan serta kehidupan.
kealfaan manusia sebagai khalifah, pada akhirnya menyebabkan kerusakan-kerusakan di dunia. Apakah kealfaan manusia itu karna memang ketidaktahuan atau kemangkiran atu pun salah memahai pengertian dari tanggung jawabnya. jika memang akibat ke tidak tahuan, bukankah tanggungjawab itu sudah tercatat jelas di setiap kitab-kitab agama. Berbeda dengan ketidaktahuan, kemangkiran lebih kepada ketidakmauan manusia untuk melaksanakan sehingga lari dari tanggungjawabnya. Lalu mengapa salah pengertian akan kewajiban menjadi salah satu kemungkinan penyebab manusia alfa dari kewajiban sebagai khalifah fil ard.?
Khalifah fil ard berarti pemimpin di bumi. Sebagai pemimpin harusnya mampu menjaga, memakmurkan dan menyejahterakan semua yang dipimpinnya sehingga terwujud rahmatan lil alamin. Mungkin manusia kebanyakan tidak memakai pengertian diatas, mereka memahami bahwa pemimpin adalah yang mengkooptasi hal-hal yang dipimpinnya untuk pemenuhan hak pribadinya, dalam hal ini bisa kita sebut menguasai.
Apa perbedaan antara memelihara dan menjaga dengan menguasai, apakah istilah menguasai selalu bertendensi negatif ? Bila kita masuk lebih kedalam ke istilah bahasa, pengertian ”menguasai” jauh dari tendensi negatif. Bahkan “memelihara” pun masuk kedalam penjabaran dari istilah “menguasai”. Tidak hanya dalam istilah saja, dalam bahasa symbol juga kita menemukan perbedaannya. Mengapa setiap hal-hal yang mengatasnamakan penjagaan dan pemeliharaan selalu dinisbatkan kepada sosok ibu, figur ayah bila kita telisik secara mendalam tugasnya untuk menjadi pemimpin yang penguasa.?
Banyak contoh yang memuat simbol atau nama ibu sebagai pemelihara dan penjaga disetiap lingkaran kehidupan manusia. Di mitologi yunani kita mengenal Gaia sebagai ibu bumi, di mitologi nordik kita mengenal jord atau fjorgyn atau hlyooyn sebagai bumi itu sendiri, sedangkan di mitologi hindu kita mengenal sakti dari 3 dewa tertinggi(brahma, wisnu dan syiwa) yaitu saraswati, laksmi dan parvati yang kesemuanya personifakasi dari konsep penjagaan dan pemeliharaan akan bumi dan isinya. Dan apabila kita teliti lagi ada sosok dewi yang bernama Adi Parashakti yang sosok sejatinya lebih tinggi dari dewa trimurti dan saktinya. Dan di Indonesia kita mengenal tokoh konsep dewi sri, nyi pohatci dan ibu pertiwi, yang kesemuanya bertugas melindungi dan menjaga bumi dan bahkan personifikasi dari bumi itu sendiri.
Diatas hanya beberapa bukti bahwa konsep ibu selalu hadir dalam setiap nafas cerita kehidupan manusia. Jika konsep ibu selalu dinisbatkan kepada bumi, lalu kenapa manusia melakukan kerusakan-kerusakan kepada bumi.? Apakah proses pengrusakan bumi atas ulah manusia adalah bukti protes dan penyangkalan akan theory oedifus compleknya freud.? Atau manusia yang berbuat kerusakan di bumi lebih memilih menjadi malin kundang yang durhaka pada ibunya.?
Untuk lebih lanjut kira nya mari kita melingkar sinau bersama merefleksikan perjalanan sejarah kita sendiri . Kami tunggu kehadiran nya di Aula Pesantren Anak Jalanan At Tamur Cibiru Hilir.